Dulu seorang teman pernah bercerita, saat itu dia dan suaminya sekarang berstatus pacaran. Dia bilang bahwa dia bertengkar dengan pacarnya gara-gara dia menyetrika kurang rapi, padahal status waktu itu masih berpacaran. Lain waktu bercerita bahwa sang cowok berselingkuh, suka inbox perempuan-perempuan yang jadi teman di FB.
Tapi dengan alasan cinta dan sudah diketahui orang tua kedua belah pihak, dia memutuskan melanjutkan pernikahannya. Dan setelah menikah banyak kejadian kejadian yang menguatkan hati , menguras pikiran, membebani perasaan.
Red Flags akhir-akhir ini menjadi topik menarik untuk dipahami. Apa itu red flags? Red Flags adalah bendera merah atau diartikan tanda peringatan bahwa sebuah hubungan harus dihentikan, bahwa hubungan itu tidak sehat jika dilanjutkan. Bahwa kita berhak bahagia atas sebuah hubungan, bukan membuat menderita baik secara fisik maupun psikis.
Perilaku perilaku yang menjadi red flags diantaranya:
- Melakukan kekerasan fisik dan verbal.
seperti meninju dinding, melempar dengan barang, memukul dll. Orang dengan temperamen yang tinggi patut diwaspadai jika perlu tinggalkan. Itu artinya dia tidak bisa mengontrol emosi, menimbang mana masalah yang harus diselesaikan secara baik, mana yang tidak. Atau bisa saja kekerasan adalah bahasa cinta mereka, dan itu sungguh sangat tidak sehat. Kekerasan yang dilakukan tak terikat pada perilaku tetapi juga secara verbal, misalnya menghina fisik, mengatakan bodoh, caci maki, dan perkataan-perkataan merendahkan lainnya.
Minim Komunikasi. Untuk terikat secara emosional komunikasi itu penting. Jika jarang komunikasi, dengan berbagai alasan dan lebih fokus pada kegiatannya yang tidak jelas. Hal ini patut diwaspadai. Apakah benar sibuk, atau sekedar alasan.
Baca juga : Memantaskan diri menjadi seorang istri
- Silent Treatment.
Jika ada masalah atau sedang marah lebih suka mendiamkan atau menghilang. Nanti kembali lagi seolah-olah tidak terjadi masalah, tanpa ada penyelesaian bahkan meminta maaf pun tidak.
- Manipulatif, membuat kita merasa bersalah.
Orang yang manipulatif akan membuat kita bingung, karena omongan suka memutarbalikkan fakta, playing victim seolah-olah menjadi korban. Dia yang bersalah tapi kita yang harus meminta maaf.
- Terlalu nempel dan posesif.
Punya pasangan yang selalu ingin dekat kita memang menyenangkan tetapi semua ada batasan. Jika kemana kita selalu ikut bahkan saat kumpul dengan teman-teman, membatasi ruang gerak dan mengontrol tiap tindakan tidak boleh ini itu adalah tanda sebuah hubungan segera diakhiri.
baca juga : fenomena cemburu dalam pernikahan
- Berselingkuh
Coba lihat kebelakang apakah saat dia mulai mendekati untuk berkenalan, apakah dia sebenarnya sudah punya pacar? Jika iya, jangan pernah merasa menang karena dia memilih kamu. Karena bisa saja pola itu berulang, syukur-syukur kamu bisa masih berstatus pacaran dan cepat memutuskan untuk mengakhiri.Daripada nanti jika sudah menikah, karena banyak yang harus dipertimbangkan.
Sebenarnya banyak banget hal-hal yang menjadi red flags untuk mengakhiri hubungan. Sebagai perempuan kita harus jeli. Jangan alasan cinta justru berujung mengorbankan waktu dan perasaan.
“Ah, tak ada manusia yang sempurna baiknya, pasti ada nilai minusnya”
Kalimat itu benar tetapi kita juga tahu didalam hubungan yang dijalankan apakah banyak happy banyak tenangnya, atau justru banyak nangisnya, banyak tertekannya, banyak masalah? Dengan memahami tanda-tanda red flags maka bisa menentukan apakah hubungan lanjut apa tidak. Sakit hati memutuskan untuk berpisah saat ini, justru lebih baik dibanding kamu merasakan sakit setelah menikah. Untuk bercerai bisa saja, karena itu merupakan hak pribadi, setiap orang berhak bahagia. Tetapi pasti banyak pertimbangan ini itu dan butuh proses.
Jika saat ini masih berstatus pacaran ada baiknya mengetahui siapa mantan-mantannya, bukan untuk dicemburui atau menjadikan masalah tetapi untuk mengetahui pola hubungan dan kenapa “putus”. Coba dengarkan saat dia bercerita apakah alasan sama, menjelekkan mantan, membuka aib-aib yang bersifat pribadi dan tidak berimbang. Perlu waspada karena pola itu akan berulang pada hubungan yang sekarang.
“Mungkin nanti dia berubah”
Banyak psikolog yang berpesan, jangan pernah merasa yakin bisa mengubah seseorang. Karena tidak ada yang bisa mengubah seseorang, selain dirinya sendiri dengan bantuan psikologi. Istri bukanlah panti rehabilitasi untuk mengubah karakter seseorang, jika tidak punya kemampuan lebih baik mundur sejak awal waspadai kekerasan saat pacaran berujung kekerasan dalam rumah tangga.
Kalau udah ada tanda-tanda kayak gitu, mending udahin aja sih yaa jangan dilanjut ke jenjang yang lebih serius daripada harus menyesal nantinya.. huhu..
BalasHapuskarena menikah itu kalau bisa mah seumur hidup..
ternyata masih ada istilah red flags, yang setahu saya itu yellow card sama red card aja hehe
BalasHapusmemang prinsip "menerima pasangan apa adanya" sangat kontradiktif dengan poin - poin yang disajikan di tulisan ini. tapi faktanya memang poin tersebut benar, tapi tidak mutlak.
BalasHapusmenurut saya komunikasi adalah kunci utama dalam sebuah hubungan. jangan membohongi diri sendiri atau mencari pembenaran atas kesalahan pasangan. jika sudah tidak sreg baiknya dipertimbangkan baik - baik untuk maju ke tahap pernikahan.
Ngeri-ngeri sedap ya kalau hubungan sudah tidak sehat... Galau banget memang antara mau lanjut atau bertahan, di lain sisi bendera merah selalu berkibar...
BalasHapusIstri bukan panti rehab utk mengubah seseorang
BalasHapussetuju bangeeett, kakaaa
maka dari itu, harus peka dan gunakan nalar ketika masih pacaran ya.
Lagi rame juga nih di aplikasi tik tok tentang banyaknya hubungan pacaran yang putus gegara si perempuan sadar dengan kondisi red flag ini karena ada konten yang memberi tahu tentang toxic relationship beserta ciri-cirinya.
BalasHapusLebih baik hancur sekarang dari pada remuk redam setelah pernikahan ya, Kak
Iya betul banget pada poin terakhir, yaitu jangan pernah untuk mengatakan "mungkin nanti dia berubah". Karena ada juga yang bilang "menikahlah dengan orang yang emang kamu inginkan. Cukup itu!"
BalasHapusSebenarnya bacaan kaya gini bagus banget buat refleksi diri sendiri. Kadang kita yang baca suka lupa dan lebih memperhatikan orang yang memperlakukan kita daripada kita yang memperlakukan orang lain. Aku jadi mikir lagi apakah aku sudah berbuat baik pada pasanganku ya? Hehe.. Makasih mbak buat sharenya.. ��
BalasHapusbener mbak, lebih baik diakhiri sebelum masuk ke dunia pernikahan ya, kalau ujung-ujung nya cerai kan jadi juga banyak yang kepikiran, jadi kita gabisa ngubah seseorang ya :(
BalasHapusbisa saya jadikan referensi sebelum fokus untuk mencari pasangan nih .. hehehehe
BalasHapusBaru pertama kali dengar istilah red flag ini. Menurut saya, kalo pernikahan sudah berada di tahap ini ya lebih baik berakhir saja. Namun perlu dipertimbangkan juga dampaknya, terutama jika sudah memiliki anak
BalasHapusDulu aku pikir bisa mengubah seseorang, eh akhirnya malah makan hati. Cape banget deh. Untungnya saat itu statusnya teman aja. Kebayang ribetnya kalau lebih apalagi ke jenjang lebih serius
BalasHapussetelah menikah there is no way back, kita harus berkomitmen dengan pasangan yang menjadi pilihan kita, untuk itu sebelum salah menemukan pasangan hidup perhatikan tanda-tandanya kan kak?
BalasHapusbener nih, setiap individu baik perempuan atau laki laki harus menyadari betul bagaimana sehat dan baiknya sebuah hubungan. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada ahlinya jika sudah ada tanda tanda tak baik dengan sebuah hubungan
BalasHapusAku malah baru tau ada topik hangat seperti ini. Cuma memang penting banget buat tau segala tanda serta mempersiapkan diri dan pasangan saat akan melangkah ke jenjang pernikahan.
BalasHapusSuami saya nih termasuk silent treatment. Kadang bikin kesal. Tai karena dia tidak pandai mengutarakan perasaan. Jadi sebagai permintaan maaf dia akan mengambil pekerjaan rumah yang paling saya benci: mencuci.
BalasHapusLha malah curhat.
Kalau ada tanda kekerasan atau yah bertengkar gara-gara setrka tidak rapi, mending menjauh kalau memang kitanya tipe yang ga rapi. Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan oleh waktu.
Wah bener banget iniii, kalo dah ada gejala2 kayak di atas udah deh lebih baik batalin nikah kalau menurutku juga nih ya kak. Soalnya ya lebih susah mendidik pasangan kalo dah nikah, asli susah
BalasHapusOh ya ini poin pentinh banget dalam membina suatu hubungan. Jika diawal saja sudah banyak red flagsnya, ya sebaiknya mundur teratur lebih baik.
BalasHapusJadi sebenarnya penting banget ya lihat bibit, bebet, bobot pasangan. Kita juga harus berkemauan tinggi kepo dengan latar belakang kehidupan pasangan agar tidak terjadi hal-hal tidak baik setelah menikah.
BalasHapusUntuk masalah red flags seperti ini, saya sering banget membacanya di berbagai thread di twitter, yang mana dalam satu hubungan ada satu pihak yang terlalu dominan dan memiliki kuasa terhadap satu lainnya. Alhasil si pihak kuasa itu selalu melakukan hal-hal yang mana merugikan pihak yang lainnya.
BalasHapusbahkan tidak jarang, masih dalam tahap pacaran, banyak kasus yang mana si cewek mendapat perlakuan yang tidak pantas dari pacarnya, termasuk kekerasan secara fisik, seksual ataupun verbal. Dan, tidak jarang terjadi pula Revenge Porn, yang mana si cowok menyebarkan video mereka kepada publik dengan alasan si cowok sakit hati gegara diputuskan hubungan asmaranya.
Namun terkadang ketika mendapatkan nasihat utk mengakhiri hubungannya, seringkali yang didapat adalah alibi bahwa pada nantinya "Semua manusia akan berubah" apalagi setelah menikah. Hal itu pada akhirnya seperti menutup pintu solusi untuk memperbaiki semuanya.
Ini topik yang lagi rame banget di twitter. Kalau udah ada tanda-tanda itu sih emang mending bubar aja karena susah diperbaiki tabiat yg begitu :(
BalasHapusSusah emang keluar dari hubungan toksik walau udah banyak banget red flag yang muncul. Pernah banget ngalamin juga. Butuh waktu yang lama buat ngerencanain keluar dari hubungan itu karena mantan yang sangat manipulatif. Semoga mereka yang lagi dalam keadaan sulit itu segera bisa membaik.
BalasHapusBener nih, penting banget kita harus berfikir jernih kalau red flag sudah mulai muncul, jangan sampai dibutakan perasaan sesaat ya
BalasHapusKalau sudah muncul tanda-tanda seperti itu dalam sebuah hubungan, memang sebaiknya akhiri saja, ya.
BalasHapusKalau aku dulu enggak pacaran, sih. Jadi modal cari referensi dari orang-orang di sekitarnya aja, dari gurunya, gitu-gitu. Ditambah doa yang kuat dan niat yang lurus akan membina rumah tangga yang sesuai syariat-Nya. Insyaa Allah, Dia yang akan menjaga kita.
Menurutku ya kalau sudah berselingkuh atau kekerasan verbal dan merasa kita gak kuat jalaninya ya udah stop daripada kita tersiksa lahir batin juga kan?.
BalasHapusIni yang aku takutkan saat menjalin hubungan. Semoga dipertemukan dengan pasangan yang baik. Karena kalau sudah toxic relationship ini dan jenjangnya hingga ke pernikahan, rasanya berat sekali.
BalasHapusKalau masih pacaran, beneran kudu banyak di cek beberapa hal dan jangan dibutakan oleh cinta. Kudu "mendengar" sinyal-sinyal dari sekeliling.
Poin "minim komunikasi" sekilas terlihat sepele. Aku sering menjumpai pasangan yg kalau udah jumpa tapi sibuk sama diri masing2, sibuk main hp. Padahal komunikasi itu penting, apalagi pas berjumpa. Komunikasi menentukan arah hubungan kedepannya. Kalau sebelum nikah aja gak mampu menciptakan komunikasi yg harmonis, gimana setelah nikah nanti ya...
BalasHapusBtw, artikelnya bener2 ngebuka pikiran kita bahwa ada banyak hal yg patut dipertimbangkan sebelum menikah. Menarik nih.
Pernah pada posisi itu hahahah
BalasHapusMau ninggalin dan yang ditinggalin susah. Toxic banget.
Allhamdulilah bisa melalui itu.
Ternyata red flags itu tanda bahaya dalam suatu hubungan ya.
BalasHapusYap, aku percaya ngga ada yang bisa mengubah karakter seseorang kalau bukan dari kemauan pribadi.
Makanya sebelum memulai suatu hubungan aku pelajari bener karakternya, kebiasaannya, kesukaannya, kalo ada yang ngga sevisi dan misi sebaiknya diakhiri dari awal sebelum terlalu jauh melangkah. Daripada capek segalanya.
Termasuk restu orang tua yang paling utama. Kalo orang tua ngga ridho mending ndak usah dilanjut.
Nah, baca tulisan ini jadi teringat masa lalu. Juga cerita teman-teman yang serupa. Udah tahu ada red flag tapi masih aja nikah. Ujung-ujungnya cerai, atau bisa memperbaiki tapi dengan susah payah. Kayak gak ada bahagia-bahagianya.
BalasHapusBagi sya red flag ini semacam peringatan dari Allah juga, ya Allah SWT udah kasih sinyal lah ya, tergantung kita aja mau gimana.
tapi ya mudah kalau cuma bicara, nyatanya memang tidak semua orang bernasib sama, ada banyak pertimbangan juga kenapa harus lanjut. Gitu gak sih?
Hehehe... Mohon maaf itu pemikiran saya aja Kak
Emang harus komunikasi dengan baik dan benar dulu sih sebelum menikah, harus mengenal calon dengan maksimal. Harus tahu bagaimana respon dia terhadap rasa marah.. Nice info kak, berguna bangett
BalasHapusAku prnah terjebak dihubungan yg toxic begitu, saat dengan ex suami sebelumnya . Padahal red flagsnya udah kliatan sejak pacaran. Manipulatif, sangat sangat posesif, tapi ntah kenapa kok ya aku masih mau saat itu :(
BalasHapusSampe nikah pula. Posesifnya bisa dibilang kelewatan, sampai2 saat jalan Ama dia dulu, aku wajiiib liat ke bawah, ga boleh menatap ke depan apalagi kiri kanan, Krn dia pernah nuduh aku sedang ngeliatin cowo2 di lalu langa di kiri kanan. Awalnya begitu, sampe lama2 setelah nikah berani memaki.
Keputusan Utk bercerai akhirnya aku ambil pas dia nya ketahuan selingkuh. SMS yg Utk selingkuhannya, salah kirim ke aku. Mataku jadi kayak kebuka mba. Orang begitu memang ga akan bisa berubah. Akhirnya aku putusin cerai. Ga tertarik ngabisin hidup Ama orang begitu. Langsung semuanya diurus Ama pengacara papa, supaya proses cerai kami lancar. Krn yg aku mau cuma secepetnya pisah Ama dia.
Setelah itu aku jadi lebih hari2 menentukan pasangan. Alhamdulillah suami skr sangat baik dan bener2 bertolak belakang Ama si ex
Ini memang hal yang sangat penting untuk diperhatikan, Hubungan itu bertujuan untuk membahagiakan kedua belah pihak, bukan mendominasi salah satunya.
BalasHapusTerima Kasih Kak