foto : vemale.com |
Pada dasarnya manusia memiliki rasa
lebih mementingkan diri sendiri, lebih mengedepankan rasa sendiri merasa benar
dan lainnya . Tapi adakalanya untuk sesuatu yang lebih baik ntah hubungan atau
yang lainnya kita harus sedikit membuang rasa egoisme itu.
Misalnya nih, saat jalan bareng berdua dengan teman, tiba-tiba berasa haus banget.
Di dalam tas ada satu botol minuman ringan, dilihat ternyata udah habis sepert
tiga. Kalo lagi haus banget, kayanya bakalan habis lebih dari separuhnya. Tapi
untuk menjaga hubungan yang baik dan gak dibilang pelit, pasti kita cuma minum
separuhnya dan sebelumnya kita
menawarkannya minum lebih dulu. Walaupun
nantinya ntah diterima atau ditolak .
Begitu juga halnya dalam bergaul,
bermasayarakat, bertetangga , dan dalam keluarga juga begitu. Terutama soal
perasaan. Dimanapun berada hidup itu gak lurus atau lempeng-lempeng aja, selalu ada saja masalah, ntah difitnah,
digossipin, di kata-katain. Nah, kalau diturutkan rasa emosi dan marah pastilah
akan memunculkan masalah yang lain.
Misalnya aja, ditanya “kapan? “
ini pertanyaan yang paling memuakkan.
“Kapan nikah”?
“Kapan punya anak?”
Gimana nggak bikin muak,
lah nanyanya sering banget dan orangnya terkadang itu-itu pula. Kalau
dituruttin nih hati pengen ngatain
balik.
“Emangnya apa urusan lo?!!”
“Masaaaaalah…..!!!!” *gaya
soimah* . Tetapi untuk menjaga hubungan baik, pasti kita jawab dengan senyum, dan bilang "doa kan saja ya", walaupun dihati sangat dongkol.
Semua itu kita lakukan supaya
kita pelan-pelan menjadi orang yang bijak dalam menylesaikan persoalan, anggap
saja itu sebagai latihan. Walau gak enak
hati tetap menyapa dan tersenyum, lambat laun dan rasa dongkol hilang dan
hubungan yang hangat, kalau ditanya lagi paling nggak rasa dongkol udah
turun ke level 1 dan nggak berkobar lagi.
Setiap orang tidak ingin dibilang orang jahat dan tidak memiliki sopan santun? karena membalas dengan ucapan yang lebih parah, akan dikasih stempel sebagai pendendam dan kasar.
1. Orang
mencubit, kita malah mencakar bahkan
menikam.
2. Orang
cuma menggosipkan sekilas, kita malah memfitnah.
3. Orang
hanya sekali tak menegur, kita malah mendiamkan berbulan-bulan.
Dengan orang lain saja kita mesti berbaik hati dan memaafkan,asal itu bukan sebuah fitnah besar dan pembunuhan aja lah. Apalagi dilingkungan keluarga, antara adik –kakak, anak dan orang tua, bahkan suami dan istri. Jika tidak mengenyampingkan rasa ego dan tiada maaf, maka artinya kita mengahancurkan hubungan baik. Rumah dan keluarga itu dibangun dengan kedamaian dan berusaha membuatnya selalu damai. Biasanya yang lebih muda harus pandai mengambil hati yang lebih tua, dan yang lebih tua terkadang memiliki ego yang lebih tinggi. Jika ada suatu persoalan justru yang lebih muda harus meminta maaf lebih dulu, padahal yang salah belum tentu yang lebih muda. Jika ini terjadi antara suami dan istri atau kakak dan adik, sebaiknya yang merasa bersalah lebih dulu meminta maaf.
Bagaimana jika terjadi
permasalahan antara orang tua dan anak. Anak lebih muda dan ego muda juga berkobar, terkadang tak
ingin dibilang salah, tak ingin terdengar ayah atau ibu menyebutnya dibelakang.
Bagamana dengan rasa marah dan dongkol pada orang tua:
” Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (Qur’an: 17: 23).
- Ada baiknya kita tanyakan langsung persoalan apa sebenarnya yang terjadi. Jangan sampai marah-marah dulu. Ingat, berkata “Ah” saja dinilai tidak baik dimata Tuhan. Apalagi kata-kata kasar. Kita harus tetap hormat, apapun yang terjadi.
- Aduh… rasanya saya gak ada salah, yang salah sebenarnya mereka. Atau sebenarnya mereka gak salah-salah juga, cuma pandangan kita itu sebuah kesalahan mereka. Sebaiknya kita meminta maaf. Orang tua mana yang tak luluh dan bangga jika memiliki anak seperti ini. (paling suka dengar motivasi Bpk Mario Teguh tentang hormat kepada ayah ibu), Tunjukan kalo kita bukan seperti yang mereka sebut dibelakang.
- Lihat kebelakang, bagaimana sikap orang tua selama ini. Atau memang selalu dan sering berbuat begitu. Atau mereka baik dengan kita. Hidup tak sempurna, tak akan baik melulu, sesekali pasti ada marahnya, ada ngomelnya. Jangan sampai emosi kita bak nila setitik menjadikan rusak susu sebelanga.
- Jika nyatanya orang tua salah. Bukan bearti kita dibenarkan untuk bersikap kasar, mendiamkan dan sikap-sikap membuat mereka terluka. Bahkan untuk mengingatkan seorang Firaun, Nabi musa dan Harun pun diperintahkan Allah untuk berkata baik.
Hidup memang rumit dan banyak masalah, jangan karena satu
masalah membuat kita tidak fokuss ke hal-hal yang lebih positif. Hidup itu saling nasihat menasihati, tak selamanya benar adakalanya kita juga salah.
Hidup saling berbagi dan saling
mengingatkan , saling mengajak kepada kekebaikan. Apa jadinya jika kita
meninggikan Ego, dan menepis maaf ?
-------------
Nggak selalu mudah menepis ego. Makasih ya tipsnya.
BalasHapusPastinya mak...., rasanya tuh dongkol abisss... kalo ada yang sesuatu yg bikin sakit hati,
Hapustapi mencoba meluruskan hati aja..yang gampang bengkok..he2. bgitu kepikiran buat bales jahat..eh..lurusin lagi... namanya manusia gak sempurna tempat salah dan khilaf bersarang..
makasih kunjungannya ..
mbak salam kenal. Tulisannya bagus. Inspiratif. Self reminder banget nih.
BalasHapusmakasih mba...
Hapus