”Malu dan iman itu saling bergandengan, jika hilang salah
satunya, maka hilanglah bagian yang lain.”
(HR. Hakim dan At-Thabari).
Sejatinya tak ada hari ibu, karena sudah merupakan kewajiban
kita untuk mencintainya sepenuh hati setiap hari. Bahkan ketika ibu tiada lagi
..doa -doa anak yang shalih tetap dibutuhkan dan merupakan kewajiban bagi kita
untuk mendoakannya selalu.
Momentum hari ibu hanyalah hari untuk intropeksi diri,
seberapa besarkah bukti cinta kita padanya. Sudahkah kita membahagia kan ibu?
Ibu tak pernah mengingat
berapa jumlah uang yang telah diberikan
anak-anaknya, tak menghitung seberapa mewah rumah yang disediakan anak-anaknya untuk
tempat tinggal yang baru, begitu pula dengan pakaian-pakaian indah dan bagus
yang sudah dibelikan anak-anaka mereka.
Sosok ibu ketika ia menua...yang dikenangnya hanyalah
senyumanmu ketika ia menyuruhmu tuk memijat kakinya yang ripuh, seberapa banyak
kamu menghampirinya ke kamar tuk sekedar
menyapa atau bertanya keadaannya. Dia hanya mengingat berapa kali dan berapa
lama kamu meneleponnya dalam seminggu, berapa kali dalam sebulan atau
setahun kamu mampir ke gubuknya dan
obrolan-obrolan canda yang membuatnya
tertawa bahagia
Hari ibu bukanlah sekedar mengucapkan " selamat hari
ibu" lalu memberikan bingkisan-bingkisan
tertentu. Tapi bagaimana sikapmu setelah hari ibu itu berlalu , sama saja
ataukah semakin perhatian padanya? Jika tidak... maka dia akan lupa pada
bingkisan yg kamu beri yang di ingat hanyalah sapaan dan senyummu.
Lantas bagaima jika ada yang menyimpan sedikit dendam pada
sosok ibu, karena telah melakukan kekerasan fisik sewaktu kecil. Seorang ibu akan tetap ibu walaupun banyak
kisah pahit yang dilalui, ibu tetap tempat pulang paling nyaman dan memiliki
pelukan paling hangat. Dendam padanya bukan suatu penyelesaian. Jika sudah
memaafkannya.. kenapa masih berseliweran tulisan yang mengenang masa lalu
tentang sosok ibu yang kejam dan menyatakan diri adalah salah satu korban, namun tetap
survive karena bisa “melawan” prilaku kasar ibu. Mungkin dulu banyak faktor yang
menyebabkan itu, mungkin ada suatu hal yang menekan jiwanya sehingga ia
bertindak emosional, mungkin faktor ekonomi, atau hubungan dengan ayah atu dengan
keluarga yang lain. Dan dia tak punya jalan keluarnya. Seandainya Ibu tahu…bahwa dirinya diceritakan
“digosipkan” pasti dia sangat sedih dan terpukul dan malu karena anaknya
sendiri telah menceritakan aib masa lalunya. Yakinlah pasti sekarang dia sudah menyesali..dan pasti dia sangat
sedih telah melakukan itu. Dulu belum banyak media belum banyak informasi
tentang kekerasan pada anak atau kaitan dengan cara penyelesaian masalah
keluarga dll, jadi segala yang terjadi “dulu” lebih baik kita tutup dengan semangat menjadi ibu yang lebih baik, jangan
sampai menjadi penerus masa lalu.
Terlalu klasik jika menyatakan hari ibu hanya untuk mengingat bahwa hari ibu adalah
mengenang bahwa ibu adalah sosok yang mengandung dan melahirkan kita ke dunia,
tanpa dikenang pun semua juga ingat. Hari ibu merupakan cambuk bagi
diri sendiri untuk menjadi istri yang baik dan sholeh untuk suami dan juga ibu
yang membanggakan untuk anak-anak. Bukan
menjadi istri atau ibu dengan wajah sandiwara.
Dijaman teknologi seperti ini banyak ibu-ibu yang
memanfaatkannya mulai dari sekedar hobby sampai menjadikannya sebagai mata
pencharian sampingan, berdagang online, blogging, influencer, content
writer,buzzer dll, apapun itu semoga semua berdampak positif pada keluarga dan
tidak meninggalkan kewajiban menjadi seorang istri atau ibu. Karena terlalu
sibuk, yang wajib malah keteteran.
Teknologi, atau social media itu bak pisau bermata dua, bisa
berdampak positif bagi orang-orang yang pintar memanfaatkannya, bisa pula
justru membuat orang terperosok dan jatuh karena terbuai dengan kemudahan yang
diperoleh. Banyak keluarga yang hancur karena chatting BBM, Whatsapp, Line dll
karena tergoda dengan “sosok tertentu”
disana. Sebagai Ibu dan Istri yang paham agama sebaiknya harus pintar
memilah mana yang benar.
Postingan ini terlalu ngelantur… masa hari ibu dikaitkan
dengan social media,chatting dan perselingkuhan? Tapi aku ngerasa itu semua ada kaitannya, bukankah
hari ibu bukan cuma mengingat tentang
mengandung dan melahirkan? Tapi menampilkan sosok ibu yang baik, bijaksana dan
bermartabat, baik dimata suami, anak-anak, keluarga dan tentunya menurut
pandangan Allah swt. Kita bisa menutupi
prilaku jelek kita dimata manusia tetapi tidak dimata Allah swt. Istri
adalah sahabat terbaik suami, Ibu adalah sosok panutan anak-anak. Dengan menjadi Istri dan Ibu yang baik Insha Allah
segala kecintaan akan menghampiri, ntah itu dari keuarga, teman-teman, sahabat,
orang tua, apalagi suami dan nak-anak. Seandainya orang-orang yang disekeliling
kita yang sayang dan mencintai kita itu ,tahu bahwa wajah kita adalah wajah kepura-puraan…
mereka yang mencintai akan berbalik menghina, yang sayang akan berbalik dengan sumpah serapah ,
lalu apa lagi yang kita punya selain para Hater disekeliling kita (bukan dari
gossip selebriti )
Hari ibu adalah hari para wanita.maka ku menulisnya secara
umum.
Wanita itu memiliki pakaian hijab yaitu MALU, dan bila malu
telah terangkat…tunggulah kehancuran…. *bukan ceramah Ustadzh
_____
Postingan ini hanyalah sebuah pengingat pribadi , memotivasi
diri agar bersikap lebih baik kepada Ibu dan bagaimana menjadi ibu dan istri
yang lebih baik. Jika menemukan kata "kamu" itu adalah menunjuk diri
sendiri bukan maksud menggurui. Dan kata
“kita” bukan bearti kamu dan saya sama….
Just SelfReminder
Selamat hari Ibu 22 Desember 2015
I love You Mom…
terimakasih sudah mengingatkan Mbak :)
BalasHapusMakasih mbak udah mengingatkan..memang jdi ibu itu gak gampang.dl suka nakal banget skrg aq udh ngrasain semdiri jdi ibu
BalasHapusHari Ibu kembali mengingatkan kita pada pengorbanan seorg ibu pada anak2nya. Selamat Hari Ibu
BalasHapussemoga kita selalu menjadi istri dan ibu yang baik :)
BalasHapus