Aku sangat setuju pada Setiana
bahwa pernikahan itu adalah Mitzaqan Ghalizaa (Perjanjian yang Kuat),
perjanjian di depan Allah Swt yang tidak bisa dibuat main-main. Pernikahan
adalah sebuah janji diri terhadap Allah untuk menyempurnakan Agama, dan menyatakan
diri sanggup untuk menjalankan segala kewajiban sebagai istri, suami, bahkan
sebagai pendidik bagi keturunan.
Saat aku menikah beberapa tahun
lalu usia ku juga sudah menginjak usia
29 tahun, gelisah sudah pasti. Di dalam keluargaku sendiri tak ada patokan menikah harus usia berapa, bahkan
orang tua ku pun adem ayem saja ketika itu, tapi justru cobaan itu dari luar,
biasalah.. terlalu banyak usil yang mengatakan begini begitu. Ketika itu aku
hanya bisa berdo'a semoga Allah pertemukan aku dengan seseorang yang
mencintaiku dengan segala kekurangan dan kelebihanku, dan aku berharap pernikahan itu terikat kuat dan hanya sekali
untuk selamanya.
Lewat seorang teman aku
diperkenalkan dengan seseorang, yang sekarang ini telah menjadi suamiku. Tak
butuh proses panjang, akhirnya kami
menikah, sebelumnya tentu kami terlibat
pembicaraan serius mengenai komitment dalam berumah tangga .
Pernikahan tentunya tak sama
dengan pacaran, pernikahan bukan untuk sebulan dua bulan, atau pun untuk
setahun atau dua tahun tapi untuk seumur
hidup. Jika pacaran, saat ada masalah ,
bisa dengan mudah bilang "putus" dan kemudian sambung lagi, dan itu
terkadang bisa putus nyambung untuk sekian kalinya. Tidak dengan menikah, saat ada masalah harus benar -benar di
bicarakan jalan terbaiknya, dan jalan terbaik itu tentunya bagaimana pernikahan itu tetap
langgeng dan harmonis, bukan jalan terbaik seperti yang sering kita tonton di
TV banyak sekali artis atau aktor yang mengatakan perceraian adalah jalan
terbaik (walau mungkin ada benarnya bagi masalah yang mereka hadapi).
Seakan-akan pernikahan itu tak ada
kekuatan, bagai sebuah cincin yang gampang dipasang dan dilepas. Komitment kami
yang lain adalah berusaha menjadi
pribadi yang baik, selalu untuk berusaha
setia, jika tak ingin terluka maka jangan melukai perasaan pasangan
masing-masing.
Pernikahan adalah perjanjian yang
kuat antara hati dan janji kepada Allah, yang tak mudah untuk mencerai
berainya. Dan pernikahan tak di nilai seberapa mahal cincin yang melingkar dijari. Karena cincin tak
dapat mengikat hati, yang membuat pernikahan itu kuat adalah niat yang kuat
untuk salaing menyinta. Jika niat untuk menghancurkan maka hancurlah, jika
ingin selalu utuh maka apapun yang
terjadi akan selalu saling menguatkan.
Setuju. Harus ada komitment utk tetap bertahan melawan badai dan gelombang jika ingin tetap kokoh dan bersatu. Sukses mak GA nya
BalasHapusapa pun yang terjadi mesti dihadapi bersama ya mak.... ? :)
HapusMak aku suka banged sama kalimat "jika tak ingin terluka maka jangan melukai perasaan masing-masing" setujuu maaaakk
BalasHapusintinya ..gak saling menyakiti lah..... Itu sih... :)
HapusMakasih kunjungannya..
Setuju, pernikahan ga bisa diukur soal tahun.
BalasHapusPernikahan juga bukan soal selera,yang bisa diganti kalau sudah bosan
wah... Ga boleh bosen donk.....
HapusSedikit penyegaran dalam komunikasi itu perlu deh....
subhanallah, begitu dalam pemahaman atas mitsaqan ghaliizaa :)
BalasHapus:) semoga pernikahan tak hanya sebuah status...
HapusTerimakasih kunjungannya..
setuju nih kaa, yg penting mah niatnya yaa :D
BalasHapusbener ran.... , jangan niat nya nyoba2....., udah skrg nikah aja dulu... Ntar kalo ga cocok tgl bubar.... *jgn sampai deh...
HapusSemoga komitmennya terjaga selamanya, mengantarkannya kepada rumahtangga yang samara selamanya ya Mak ;)
BalasHapusaamiiin....
HapusTerimakasih udah mampir... Ya mak.. :)
Semoga perjanjian nya semakin kuat dr thn ke tahun, dan makin bahagia pastinya :)
BalasHapusaamin....
HapusMakasih mbak... Muna..